Mendengar suara Tuhan: Nyata ataukah Imajinasi?

Sering terdengar orang-orang dari kelompok karismatik mengatakan, “aku mendengar suara Tuhan”, “Tuhan berbicara kepadaku”, “aku mendengar suara Roh Kudus”, dsb. Sementara itu orang-orang yang di luar kelompok ini akan mencemoohnya dan tidak jarang menyebut mereka sedang berhalusinasi. Saya tidak sepakat dengan istilah “halusinasi” tersebut, meskipun agak sepakat dengan maksudnya. Saya lebih condong menggunakan istilah “imajinasi” …

Jalan keselamatan, opsi ataukah privilege?

Beberapa tahun terakhir ini ketika musim-musim penerimaan siswa baru sering terjadi kegaduhan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh penerapan sistem zonasi. Sebenarnya, menurut saya, maksud Mas Menteri dengan menerapkan sistem tersebut adalah baik. Beliau ingin mengembalikan pada maksud semula keberadaan sekolah-sekolah negeri, yaitu untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak-anak untuk dapat mengenyam pendidikan. Sistem zonasi …

Kreativitas: Kebebasan tanpa Batas

Saya kira akan banyak yang setuju jika saya katakan bahwa film/sinema produksi Hollywood jauh lebih menarik ketimbang sinema produksi Indonesia. Menurut saya, permasalahannya bukan terletak pada biaya produksi, yang tentu saja memang jauh lebih besar produksi Hollywood ketimbang produksi Indonesia. Itu bukan menjadi masalah pokok, karena jika memang film tersebut menarik, tentunya akan dapat juga …

Rasa Keadilan

Jika kita memperhatikan paruhan kedua dari kitab Yesaya, yaitu pasal 40-55, kita akan kerap menjumpai nada penghiburan yang ditujukan kepada situasi perhambaan atau ketertindasan yang dialami oleh umat Yahudi. Semisal dalam Yesaya 40:1-2, “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia …

Hiduplah Tanpa Pijakan!

Masih tentang pemikiran Hannah Arendt. Hannah Arendt mengajukan gaya berpikir anti-foundationalisme, gaya berpikir yang anti pada pijakan. Maksudnya adalah bahwa Arendt menolak gaya berpikir yang sifatnya totalitarian, yaitu memaksakan satu standar kebenaran dalam berpikir. Baginya, cara berpikir totalitarian tersebut bertentangan dengan pluralitas kenyataan hidup. Arendt memang dikenal sebagai filsuf yang tidak menganut aliran apapun dalam …