Nomor Satu dan Satu-satunya

Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia, sehingga disiarkan di seluruh kerajaan Koresh secara lisan dan tulisan pengumuman ini: “Beginilah perintah Koresh, raja Persia: Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya! Biarlah ia berangkat pulang ke Yerusalem, yang terletak di Yehuda, dan mendirikan rumah TUHAN. Allah Israel, yakni Allah yang diam di Yerusalem. Dan setiap orang yang tertinggal, di manapun ia ada sebagai pendatang, harus disokong oleh penduduk setempat dengan perak dan emas, harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela bagi rumah Allah yang ada di Yerusalem.” (Ezr. 1:1-4).

Kitab Ezra dibuka dengan suatu pengumuman dari raja Koresh dari Persia yang mengizinkan orang-orang Yehuda yang di Persia untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci di sana. Penulis kitab ini melihat bahwa momen tersebut adalah sebagai penggenapan dari nubuatan nabi Yeremia (perhatikan teks yang saya cetak tebal di atas). Nubuatan yang dimaksud tentunya adalah sebagai berikut:

Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya (Yer. 25:11).

Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini (Yer. 29:10).

Kedua teks di atas berada dalam perikop yang menubuatkan pembuangan yang dialami oleh orang-orang Yehuda ke Babel, yang lamanya akan berlangsung selama 70 tahun. Namun demikian, sebenarnya ada nubuatan lainnya, yaitu melalui nabi Yesaya, yang justru lebih pas dengan peristiwa yang disebut dalam kitab Ezra tersebut, yaitu:

Akulah yang berkata tentang Koresh: Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem: Baiklah ia dibangun! dan tentang Bait Suci: Baiklah diletakkan dasarnya!” (Yes. 44:28)

Beginilah firman TUHAN: “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup (Yes. 45:1)

Nabi Yesaya menubuatkan seorang yang bernama Kores, raja Persia yang menaklukkan Babel, yang bukan hanya memulangkan orang-orang Yehuda dari pembuangan tetapi juga mengizinkan dan membantu pembangunan kembali Bait Suci. Bukankah nubuatan dari Yesaya tersebut lebih tepat jika dikutip oleh penulis kitab Ezra? Tetapi mengapa penulis lebih memilih mengutip nubuatan nabi Yeremia daripada nubuatan nabi Yesaya?

Menurut saya alasannya bukan karena kesalahan pengutipan atau si penulis tidak tahu adanya nubuatan Yesaya. Saya menduga hal itu dilakukan dengan sengaja. Jika itu adalah kesengajaan, maka saya menduga hal itu dilatarbelakangi oleh ideologi penulis maupun ideologi orang-orang Yehuda secara umum, yaitu ideologi sebagai umat pilihan (the chosen). Perasaan sebagai umat pilihan pastinya membuat mereka enggan untuk mengakui Koresh, yang adalah orang kafir dalam konteks mereka, disebut sebagai hamba Yahweh, yang diurapi oleh Yahweh, yang menjadi pahlawan bagi umat pilihan itu. Menurut E. Gerrit Singgih, istilah hamba Yahweh adalah sebuah paradoks, karena hamba yang lazimnya dinilai rendah, namun ketika disebut sebagai hamba Yahweh maka menjadi posisi yang terhormat. Itulah yang nampaknya tidak mudah diterima oleh umat pilihan tersebut, karena bagi mereka sebagai umat pilihan, hanya merekalah yang pantas disebut sebagai hamba Yahweh, merekalah yang pantas menolong dunia, bukan malah orang kafir yang menolong mereka. Bukankah ideologi yang demikian juga berkembang di dalam gereja? Yang memegang kuat-kuat supremasi identitasnya; yang tidak mudah menerima kenyataan Tuhan dapat menjadikan siapa saja sebagai hamba-Nya.

Referensi

Singgih, Emanuel Gerrit. Dua Konteks. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.

Willamson, H. G. M. Word Biblical Commentary: Ezra-Nehemiah. Vol. 16. Dallas: Word, Incorporated, 2002.

Comments

  1. nat

    Pak Yushak sebagai penulis, sepertinya ingin menunjukkan fakta2 mengenai rotasi gereja yang berporos pada satu tempat saja (hanya berputar putar saja), namun bapak kurang berani untuk memberikan pembahasan yang tajam dan menohok.
    Mungkin lebih baik bapak terang2an saja dalam menyatakan kemerosotan gereja dalam menghadapi perkembangan zaman.
    Misal bagian akhir tulisan bapak, lebih banyak untuk dibahas.

    1. Post
      Author
      yushak

      Di deskripsi blog ini kan saya sudah bilang cuma coretan saja. Cuma untuk ngisi waktu luang saja, atau mencuri-curi waktu saja hehehe

  2. nat

    Yesus sendiri memberikan pernyataan, bahwa yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
    Jika dikaitkan dengan keadaan sekarang, pernyataan Yesus juga ingin menohok kehidupan gereja yang merasa sebagai orang2 pilihan dan medegradasi orang2 di luar Kristen

    1. Post
      Author
      yushak

      Lebih tepatnya sebenarnya menjawab yang kemarin mengenai bagaimana mendudukkan yang lainnya sejajar sehingga bisa memberi kontribusi untuk kemajuan gereja juga

Comments are closed.