Hidup itu Absurd!

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:34, TB-LAI).

Absurd berasal dari bahasa Latin absurdos, yang artinya tuli atau bodoh. Hidup ini absurd oleh karena seringkali tidak sesuai antara kondisi-kondisi ideal yang kita pikirkan dengan kenyataan. Hidup ini absurd oleh karena sebenarnya hanya mengulang-ulang saja sesuatu yang dikerjakan tanpa ada akhirnya. Gambarannya adalah seperti tokoh mitologi Sisifus. Sisifus adalah seorang yang zalim dan menyalahgunakan kekuasaan sehingga ia dihukum, dimasukan neraka. Di neraka pun ternyata ia menipu para dewa. Ia minta diizinkan pergi sebentar ke bumi dan berjanji setelah itu ia akan kembali lagi. Namun, ia tidak mau kembali lagi ke neraka setelah melihat keindahan dunia. Para dewa lalu menangkapnya dan memberikan hukuman yang lebih mengerikan daripada hukuman di neraka, yaitu ia harus melakukan suatu pekerjaan berulang-ulang dan tidak ada manfaatnya. Ia dihukum mendorong batu besar ke atas, dan setelah sampai ke atas menggulingkan kembali ke bawah, dan begitu seterusnya. Orang tua bekerja keras, susah payah dengan harapan agar anaknya kelak hidup enak. Tetapi anaknya kemudian juga bekerja keras dan susah payah demi anaknya juga supaya kelak hidup enak. Dan anaknya lagi juga bekerja keras dan bersusah payah supaya anaknya kelak juga hidup enak. Begitu terus, berulang-ulang terjadi, sehingga tidak ada yang hidup enak, semuanya kerja keras dan susah payah selama hidupnya. Orang bekerja keras dengan harapan suatu kali kelak akan sukses, kaya, bisa hidup dan bekerja yang enak dan santai. Tapi orang santai tidak bisa sukses. Itulah absurditas hidup ini.

Yesus memberikan nasihat dengan melihat kenyataan hidup yang absurd ini untuk tidak menguatirkan masa depan. Di dalam Matius 6:25 Beliau juga menyebutkan bahwa hidup itu lebih penting daripada makanan.Sederhananya, yang penting masih hidup, yang lain gampang bisa dicari. Pengkhotbah juga memberikan solusi bagaimana menghadapi hidup yang absurd ini, yaitu nikmati saja hidup yang ada ini (bd. Pkh. 2:20-25). Nikmati saja apa yang dikerjakan dan nikmati hasilnya, tidak perlu harus berat-berat memikirkan untuk besok-besok. Kalau habis, ya cari lagi, dan dinikmati lagi. Seperti Sisifus yang tetap tersenyum dan menikmati perkerjaan yang tidak ada manfaatnya bagi dirinya, termasuk juga tidak ada untungnya juga bagi para dewa yang menyuruhnya melakukan itu.